membuka warung bakso terlaris

membuka warung bakso terlaris

Warung bakso cak Karno.
Jikalau kita naik bis dari Purworejo menuju ke Terminal Yogyakarta, sesampainya di Yogyakarta kita harus melintasi “pojok beteng kulon”. Kurang Lebih 200 meter dari lampu merah pojok beteng kulon, di sebelah kiri jalan bakal kita saksikan suatu warung mungil bertulisan “Bakwan Malang Cak Karno”. Ciri lain warung itu merupakan jumlahnya kendaraan bermotor baik roda dua ataupun empat yg diparkir didepan warung.
Aku sudah mendengar ketenaran warung itu. Namun kenapa warung itu populer, aku tak tahu.
Seandainya kita menyaksikan warungnya, ga ada yg teristimewa. Warungnya mungil, sederhana tak ada ruangan parkir, maka konsumen memarkir kendaraannya di pinggir jalan, & llokasinya dekat bersama pasar sepeda.
Bila kita menyaksikan namanya, cak Karno ini tentu dari Jawa Timur tepatnya dari Surabaya.
Sebab penasaran, kepada sebuah hri seputar pukul 11 siang aku cobalah buat jajan bakso di warung itu. Kepada diwaktu aku datang, dimuka warung telah ada sekian banyak sepeda motor & mobil yg diparkir ditepi jalan. Sesudah aku masuk, nyatanya nyaris seluruh kursi yg berkapasitas kira kira 32 orang sudah terisi. Untung tetap ada sekian banyak kursi yg kosong, sayapun membawa salah satu kursi yg kosong.
Aku pula menyaksikan sekian banyak orang berdiri didekat “angkring” bakso. Nyata-nyatanya orang ini ialah konsumen bakso yg bakal dipindah pulang.
Sesudah aku duduk, datang satu orang pelayan cowok jejaka yg sederhana menanyakan aku dapat pesan apa. Aku pesan 1 porsi bakso yg terdiri dari 2 butir bakso halus & 2 butir bakso urat pun pesan 1 teh botol Sosro. Aku tonton dalam list harga, 1 porsi bakso harganya Rupiah.7.500,- & 1 teh botol Sosro harganya Rupiah.1.500,-. Harga bakso se gede itu di Yogyakarta termasuk juga mahal. Diwarung lainnya 1 porsi bakso harganya Rupiah.5.000,-
Sambil menanti pesanan datang, aku mengamati sekeliling. Aku saksikan bahwa meja utk makan lumayan sederhana, terbuat dari kayu Kalimantan yg kualitasnya agak keren & atasnya dilapisi melamin putih yg terkesan bersih. Ukuran meja lebih kurang 120 centimeter x 60 centi meter yg mampu dipakai buat 4 orang. Jumlah meja aku hitung jumlahnya 8 meja, menjadi lumayan utk 32 orang kastemer. Disetiap meja ada saos, kecap, garam, krupuk ataupun sambal.
Sedangkan kursinya terbuat dari plastic yg harganya pula tak mahal. Kursi ini warnanya sama maka kelihatan rapi.
Pelayannya seluruh pria, belia, sederhana dgn baju yg tak seragam tetapi pass bersih & rapi. Baksonya ditata di “angkring” yg terletak didepan. Lantai warung terbuat dari keramik berwarna putih yg tampak terpelihara dikarenakan lumayan bersih.
Yg sedang menikmati bakso sebahagian anak bujang. Sebahagian lagi orang-ornag kantoran & bapak/ibu hunian tangga. Elemen ini akan di lihat dari penampilannya & pembicaraan mereka.
kurun waktu yg tak demikian lama, pelayan datang mengambil pesanan aku. Sesudah pesanan disajikan dimeja, ia menyilahkan aku utk menikmati bakso yg dihidangkan. Dari baunya aku mampu merasakan bahwa bakso yg dihidangkan rasanya enak. Dugaan ini nyata-nyatanya benar sesudah aku coba utk mencicipi kuah & baksonya. Hasilnya pertanyaan yg ada dibenak aku yakni : kenapa warung cak Karno laris, terjawab, merupakan : rasa baksonya enak sekali. Dari rasa bakso tersebut menurut pernyataan aku bahwa sebahagian gede (minimal 75%) bahan baku bakso ini yaitu dari daging.
Bertaaruf bersama cak Karno.
Kepada diwaktu sedang menikmati bakso dating satu orang pria kurang lebih berusia 45 thn, dgn baju sederhana, bertubuh agak pendek kurang lebih 158 senti meter, warna kulitnya coklat agak sedikit hitam dgn rambut agak ikal, menuju ke pelayan yg berada didekat angkring. Orang tersebut berkata bersama pelayan namun saya tak mendengar apa yg dibicarakan. Dugaan aku orang itu harus konsumen yg sedang memesan bakso. Sesudah itu orang itu menonton ke lokasi area duduk & menyaksikan sebahagian gede area duduk sudah terisi. Namun ia tak menuju ketempat duduk melainkan kedapur. Feeling aku mengemukakan : tentu orang tersebut Cak Karno. Kebetulan sekali. Saya kepengen ketemu sama dirinya !
Sesudah selesai makan bakso, aku menghampiri pelayan yg ada di dekat angkring bakso utk membayar bakso yg sudah aku makan.
Peluang ini aku pakai utk tanya pada pelayan : “Apakah yg tadi masuk ke dapur cak Karno ?”
Pelayan menjawab : “Betul pak. Ada apa ?”
Aku tanya lagi : “Apakah aku sanggup ketemu dgn pak Karno ?”.
Pelayan menjawab : “Tidak tahu pak, tetapi cobalah aku tanyakan”. Hasilnya ia masuk ke dapur.
Tak demikian lama pelayan muncul bersama cak Karno. Pelayan bicara terhadap cak Karno : “Bapak inilah yg kepengen ketemu Bpk (maksudnya cak Karno)”. Selanjutnya kami bersalaman sambil bertaaruf. kemudian mencari ruang duduk yg kebetulan masihlah ada yg kosong & cak Karno mempersilahkan aku duduk. Aku merasakan keramahan cak Karno dalam menemui aku yg barangkali tetap asing baginya.
Mulai Sejak bekerja :
Dari hasil pembicaraan dgn cak Karno bakal ketahuan sbg berikut :
Nama ori cak Karno merupakan Ponidi. Cak Karno ialah nama sepupunya di Madura. Ponidi berdarah Madura & lahir di Surabaya dari keluarga yg kurang bisa. Sesudah tamat SD, Ponidi mungil tak sanggup melanjutkan sekolahnya dikarenakan tak punyai budget. Beliau pernah menganggur sekian banyak bln. Darah Maduranya yg gemar tantangan tak akan diredam. Dirinya mau bekerja utk menolong beban orang tuanya. Beliau sadar bahwa ia tetap mungil (disaat itu seputar berusia 14 thn) & pendidikannya cuma SD sehingga kesempatan buat mendapati tugas sedikit. Kebetulan ada warung bakso yg tak jauh dari rumahnya memerlukan tenaga utk menunjang berjualan bakso. Beliau melamar utk tugas tersebut & hasilnya di terima. Ponidi mungil amat suka dikala dirinya di terima bekerja.
Ponidi termasuk juga anak yg tekun, akan mendengarkan tutorial ataupun kritik orang lain & memotivasi kerjanyapun tinggi meski gajinya mungil Seluruhnya tugas ia kerjakan dgn suka hati & mampu dirinya selesaikan dgn baik maka ia disenangi oleh majikannya.
Bayaran yg beliau terima senantiasa ada yg dirinya sisihkan utk ditabung. Ia benar-benar anak yg irit, keinginannya tak macam-macam yg di luar jangkauan keuangannya. Beliau memiliki angan-angan yg lebih tinggi. Beliau pingin hidup tambah baik dihari kelak. hal tersebut memicu dirinya buat menyisihkan uangnya utk ditabung.
Sesudah sekian banyak bln beliau bekerja beliau makin menyenangi pekerjaannya. Sewaktu ini beliau diakui utk mempermudah membeli bahan baku, meringankan menciptakan bakso, meladeni pengguna, cuci piring, gelas dll. Di Samping dirinya bekerja, dirinya serta menuntut ilmu teknik menciptakan bakso, melayani pelanggan dan sebagainya maka seluruh hal teknis pelaksanaan bakso sudah dirinya kuasai.
Mengidentifikasi kesempatan bisnis & mengawali bisnis.
Seputar 2 th bekerja menolong warung bakso, tidak sedikit aspek berkaitan per bakso-an sudah dirinya kuasai. Beliau tahu di mana membeli hahan baku & bahan-bahan pembantu pun berapa harganya
Telah agak lama Ponidi bercita-cita buat mandiri, tetapi tetap bimbang utk pilih tipe bisnis yg sesuai bersama keadaannya yg dapat sanggup beliau melakukan & tabungan yg ada buat bekal business belum mencukupi.
Ia makin percaya bahwa bisnis bakso jadi pilihan yg paling sesuai baginya. Buat itu Ponidi mau coba sendiri dgn berjualan bakso keliling.
Sesudah tabungannya dirasa mencukupi buat mengawali bisnis bakso, dirinya ke luar dari pekerjaannya & mulai sejak mempersiapkan buat bisnis bakso keliling. Sekian Banyak pertimbangan yg dirinya melakukan dalam pilih kategori bisnis, antara lain :
1. Bahwa bakso tidak sedikit diminati oleh penduduk di Surabaya. Elemen ini terbukti sebanyak penjual/warung bakso & terhadap kebanyakan pass tidak sedikit customer.
2. Modalnya sedikit, adalah buat membeli angkring (gerobak), piring/mangkok, sendok , garpu, bahan baku, & bahan-bahan lainnya. Yg paling mahal merupakan utk membeli angkring. Duit tabungan yg dirinya punyai, lumayan buat mengawali business.
3. Perputaran bekal kerjanya segera. Tiap-tiap hri harus mendapati duit.
4. Bahan bakunya enteng diperoleh.
5. Tingkat keuntungannya tinggi, seputar 20% sd 30% tiap-tiap hri dari aset kerjanya.
6. Technologi menciptakan bakso sudah ia kuasai.
7. Risikonya mungil.
Ponidi mengawali bisnis bakso keliling di Surabaya. Awal mulanya dirinya tak berani berspekulasi dgn jual bakso yg tidak sedikit. Sehari beliau cuma menciptakan bakso bersama bahan baku daging sapi seputar 1 kg. Dgn tekun dirinya melaksanakan itu. Tiap-tiap hri beliau senantiasa menyisihkan sebahagian keuntungannya utk ditabung. Berkat ketekunannya business baksonya sedikit demi sedikit berkembang.
Hijrah ke Ponorogo.
Layaknya sama seperti darah Madura yg senang berpetualang, Ponidi mau coba nasib ditempat lain yg dianggap memiliki prospek yg tambah baik dibanding Surabaya. Meskipun business baksonya berkembang namun menurut dirinya perkembangan tetap teramat lambat. Perihal ibi disebabkan bakul bakso di Surabaya lumayan tidak sedikit maka persaingan antar pedagang bakso makin ketat. Hasilnya ia memutuskan utk mengadu nasib di Ponorogo, satu buah Kab mungil 28 kilo meter di sebelah selatan Madiun.

0 Response to "membuka warung bakso terlaris"

Posting Komentar

wdcfawqafwef